ULUMUL QUR’AN
Disusun oleh :
§ Nur Yasinta Amalia
§ Ayu Ratna Ningsih
§ Devi Arvian
Jurusan : Perbankan Syari’ah
Fakultas Agama Islam
Universitas Islam “45” (UNISMA) Bekasi
Jl. Cut Meutia No. 83 Bekasi Timur, kode pos 17113
((021)8808853
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang Ulumul Qur’an yang mencakup :
· Ta’rif Al-Qur’an
· Perbedaan antara Al-Qur’an, Hadits, Hadits Qudsi, Hadits Nabawi
· Pengertian Wahyu
· Cara-cara turunnya Wahyu
· Perbedaan Wahyu, Ilham, Wangsit, dan Mimpi yang benar
Kami mengharapkan makalah ini dapat di gunakan sebagai pedoman dalam mempelajari agama islam terutama pada bidang studi Ulumul Qur’an. Dan kami selaku penulis menyadari masih banyak kekurangan yang ada pada makalah kami ini. Oleh karena itu, kami sangat mengaharapkan kritik dan saran dari pembaca khusunya pada Dosen Bidang Studi ini. Demi kesempurnaan dalam membuat makalah (karya tulis) pada waktu mendatang. Untuk itu kami selaku penulis mengucapkan terima kasih.
Bekasi, 17 Oktober 2013
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata pengantar …………….
Daftar Isi…………….
BAB 1 PENDAHULUAN …………………..
A. Latar belakang ……………………
B. Rumusan Masalah …………………..
C. Maksud dan tujuan penulisan ……………..
BAB II PEMBAHASAN ……………………..
A. Ta’rif Al-Qur’an ……………………….
B. Nama-Nama dan Sifat Al-Qur’an ……………………….
C. Perbedaan antara Al-Qur’an, Hadit, Hadits Qudsi dan Hadits Nabawi….
D. Pengertian Wahyu …………….
E. Cara-Cara Turunnya Wahyu ………….
F. Perbedaan Wahyu, Ilham, Wangsit, dan Mimpi yang Benar ………….
BAB III PENUTUP ……
A. Kesimpulan …………………..
B. Saran …………………….
DAFTAR PUSAKA …………………
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ulumul Qur’an adalah salah satu bidang studi mata kuliah yang sangat penting bagi mahasiswa yang ingin mempelajari Qur’an secara mendalam baik dari segi pengertian,sifat-sifat dan ilmu-ilmu yang ada di dalamnya. namun sudah kita ketahui ilmu yang ada dalam Al-quran, merupakan cerminan ilmu-ilmu yang berkembang di zaman sekarang ini.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, penulis membatasi masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian Al-Qur’an itu ?
2. Apa saja nama-nama dan sifat Al-Qur’an ?
3. Perbedaan antara Al-Qur’an, Hadits, Hadits Qudsi dan Hadits Nabawi
4. Apa pengertin wahyu ?
5. Cara-cara turunnya wahyu
6. Perbedaan wahyu, Ilham, Wangsit, dan Mimpi yang benar
C. Maksud dan Tujuan Penulisan
1. Untuk memberi pengertian lebih jelas kepada pembaca tentang Al-Qur’an.
2. Mengenalkan nama-nama dan sifat-sifat Al-Qur’an yang sudah di jelaskan pada Al-Qur’an itu sendiri.
3. Agar bisa membedakan antara Al-Qur’an, Hadits, Hadits Qudsi, dan Hadits Nabawi.
4. Agar lebih memahami pengertian wahyu dan bagaimana car di turunkannya wahyu kepada para Nabi menurut Al-Qur’an.
5. Agar dapat membedakan antara wahyu, ilham, wangsit dan mimpi yang benar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ta’rif Al-Qur’an
1. Arti kata Qur’an dan apa yang di maksud dengan Al-Qur’an
“Qur’an” menurut pendapat yang paling kuat seperti yang dikemukakan Dr. Subhi Al Salih berarti “bacaan” , asal kata qaraa. Kata Al-Qur’an itu berbentuk masdar dengan arti isim maf’ul yaitu maqru (dibaca). Kemudian di pakai kata Qur’an itu untuk Al-Qur’an yang di pakai sekarang ini. Adapun definisi Al-Qur’an ialah kalam Allah SWT yang merupakan mu’jizat yang di turunkan (di wahyukan) kepada Nabi Muhammad Saw dan yang di tulis di mushaf dan di riwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah.
Dengan definisi ini, kalam Allah yang di turunkan kepada Nabi-nabi selain Nabi Muhammad Saw, tidak di namakan Al-Qur’an seperti Taurat yang di turunkan kepada Nabi Musa as, atau Injil yang di turunkan kepada Nabi ‘Isa as. Demikian pula kalam Allah yang di turunkan kepada Nabi Muhammad Saw. yang membacanya tidak di anggap sebagai ibadah, seperti Hadits Qudsi, tidak pula di namakan Al-Qur’an.
B. Nama-nama dan Sifat Al-Qur’an
1. Nama-nama al-quran
Allah memberi nama Kitab-Nya dengan Al-Qur’an yang berarti “bacaan”. Selain Al-Qur’an, Allah juga memberi beberapa nama lain bagi Kitab-Nya, seperti :
Ø Al Kitaab atau Kitaabullah : merupakan synonim dari perkataan Al Qur’an, sebagaimana tersebut dalam surat Al Baqarah ayat 2 yang artinya : “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya”
Ø Al Furqaan, artiya pembeda ialah yang membedakan yang benar dan yang sebagaimana tersebut dalam surat Al Furqan ayat 1 yang artinya : “Maha Agung (Allah) yang telah menurunkan Al Furqan, kepada hamba-Nya.
Ø ayat 9 yang artinya : “sesungguhnya kamilah yang meurunkan “Adz-Dikir” dan sesungguhnya kamilah penjaganya” .
Ø Hudan artinya petunjuk .terdapat dalam surat Annahl : 89 yaitu.
Terjemahnya: kami (allah) yang telah menurunkan kepada kamu (muhammad) ,jadi tibyaan bagi tiap sesuatu, hudan, dan busyr bagi orang-orang yang berserah diri (berislam kepadanya). Surat al furqan:89 atau 16.
Dari nama yang tiga tersebut di atas, yang paling masyhur dan merupakan nama khas ialah “Al-Qur’an” . dan ada lagi beberapa nama ibagi Al-Qur’an. Ilahmam As Suyuthy dalam kitabnya Al Itqan, menyebutkan nama-nama Al-Qur’an di antaranya Al Mubiin, Al Kariim, Al Kalam, An Nuur.
2. Sifat-sifat al-qur’an
Allah telah menyatakan Al-Qur’an dengan beberapa sifat, di antaranya sebagai berikut :
v Nur (cahaya)
v Huda (petunjuk)
v Mubiin (menjelaskan atau menerangkan)
firman Allah SWT mengenai hal-hal ini,antara lain ialah:u
Terjemahnya; “sesungguhnya telah datang untukmu (umat islam) keterangan dari tuhan tuhanmu dan telah kami menturunkan kepadamu nuur yang menerangi”. (an-niisa:174)
v Mubarak (yang di berkati)
“Dan Alqur’an ini adalah kitab yang telah kami berkahi, membenarkan kitab-kitab yang di turunkan sebelumnya….” (Al-An’am : 92)
v Busyra (kabar gembira)
“…yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjadikan petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” (Al-Baqarah : 97 ).
v Al aziz (yang mulia)
“Mereka yang mengingkari az-zikr (Alquran) ketika Alquran datang kepada mereka, (mereka pasti celaka). Alquran adalah kitab yang mulia.” (Fussilat: 41).
v Nazir (pembawa peringatan)
“Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui, yang membawa khabar gembira dan yang membawa peringatan.” (Fusilat: 3–4).
v Majid (yang di hormati)
“Bahkan yang mereka dustakan itu adalah Alquran yang dihormati.” (Al-Buruj:21).
Ulum Qur
C. Perbedaan Antara Al-Qur’an, Hadits, Hadits Qudsi, dan Hadits Nabawi
a) Al-Qur’an
ulama menyebutkan definisi Alquran yang mendekati maknanya dengan membedakan dari yang lain dengan menyebutkan bahwa Alquran adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad saw. yang pembacaannya merupakan ibadah, di turunkan secara mutawatir di awali dengan Surat Al-Fatihah dan di akhiri dengan Surat An-Nass. Dalam definisi kalam merupakan kelompok jenis yang meliputi segala kalam. Dan, dengan menggabungkannya kepada Allah (kalamullah) berarti tidak termasuk semua kalam manusia, jin, dan malaikat.
b) Hadits
Al-hadits adalah perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan, dan persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang di jadikan landasan dalam syari’at islam dan menempati hukum islam yang kedua selain Al-Qur’an.
c) Hadits Qudsi
Hadis qudsi adalah hadis yang oleh Rasulullah saw. disandarkan kepada Allah. Maksudnya, Rasulullah saw. meriwayatkannya bahwa itu adalah kalam Allah. Maka, Rasulullah saw. menjadi perawi kalam Allah ini dengan lafal dari Rasulullah saw. sendiri. Bila seseorang meriwayatkan hadis qudsi, dia meriwayatkannya dari Allah dengan disandarkan kepada Allah dengan mengatakan, “Rasulullah saw. mengatakan mengenai apa yang diriwayatkannya dari Tuhannya,” atau ia mengatakan, “Rasulullah saw. mengatakan, ‘Allah Taala telah berfirman atau berfirman Allah Taala’.
d) Hadits Nabawi
Hadis nabawi itu ada dua. Pertama, tauqifi. Yang bersifat tauqifi yaitu yang kandungannya diterima oleh Rasulullah saw. dari wahyu. Lalu, ia menjelaskan kepada manusia dengan kata-katanya sendiri. Bagian ini meskipun kandungannya dinisbahkan kepada Allah, tetapi dari segi pembicaraan lebih layak dinisbahkan kepada Rasulullah saw., sebab kata-kata itu dinisbahkan kepada yang mengatakannya meskipun di dalamnya terdapat makna yang diterima dari pihak lain.
Kedua, taufiqi. Yang bersifat taufiqi yaitu yang disimpulkan oleh Rasulullah saw. menurut pemahamannya terhadap Alquran, karena ia mempunyai tugas menjelaskan Alquran atau menyimpulkannya dengan pertimbangan dan ijtihad. Bagian kesimpulan yang bersifat ijitihad ini diperkuat oleh wahyu jika ia benar. Dan, bila terdapat kesalahan di dalamnya, turunlah wahyu yang membetulkannya. Bagian ini bukanlah kalam Allah secara pasti.
Dari sini, jelaslah bahwa hadis nabawi dengan kedua bagiannya yang tauqifi atau yang taufiqi dengan ijtiihad yang diakui dari wahyu itu bersumber dari wahyu. Inilah makna dari firman Allah tentang Rasul-Nya, “Dia (Muhammad) tidak berbicara menurut hawa nafsunya. Apa yang diucapkannya itu tidak lain hanyalah wahyu yang diturunkan kepadanya.” (An-Najm: 3–4).
D. Pengertian Wahyu
Pengertian wahyu secara bahasa adalah bisikan, isyarat cepat, bisikan ke dalam hati, isyarat yang sangat rahasia. Sedangkan menurut istilah wahyu adalah segala sesuatu yang datangnya dari Allah yang secara langsung dihujamkan kedalam hati seorang hamba pilihan (nabi dan rasul).
Wahyu adalah petunjuk dari Allah yang di turunkan hanya kepada Nabi dan Rasul. Etimologinya berasal dari kata kerja bahasa arab waha yang berarti memberi wangsit, mengungkap, atau memberi inspirasi. Dalam syariat islam, wahyu adalah qalam kata atau pengetahuan dari Allah yang di turunkan kepada seluruh makhluk-Nya dengan perantara malaikat ataupun secara langsung. Kata “Wahyu” adalah kata benda, dan bentuk kata kerjanya adalah awha-yuhi, arti kata wahyu adalah pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat.
Pengertian secara terminologis, pembertiahuan Allah SWT kepada hambanya yang terpilih mengenai segala sesuatu yang ia kehendaki untuk di kemukakannya, baik berupa petunjuk atau ilmu. Namun penyampaiannya secara rahasia dan tersembunyi serta tidak terjadi pada manusia biasa.
E. Cara-Cara Turunnya Wahyu
berdasarkan Al-qur’an mengenai proses turunnya wahyu kepada Nabi dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Wahyu disampaikan melalui mimpi Nabi Muhammad s.a.w.
2. Wahyu disampaikan kepada Nabi Muhammad s.a.w dengan cara dibisikkan ke dalam jiwanya. (Qs. Asy-Syura: 51-52)
3. Wahyu disampaikan dengan cara kedatangan malaikat yang menyerupai seorang laki-laki, sebagaimana Jibril pernah datang kepada Nabi sebagai seorang laki-laki yang bernama Dihyah Ibn Khalifah, seorang laki-laki yang tampan.
4. Wahyu datang kepada Nabi s.a.w., melalui Jibril yang memperlihatkan rupanya yang asli dengan enam ratus sayap yang menutup langit.
5. Wahyu disampaikan oleh Allah dengan cara membicarakannya secara langsung kepada Nabi s.a.w., di belakang hijab, baik dalam keadaan Nabi sadar atau sedang terjaga, sebagaimana di malam Isra’, atau Nabi sedang tidur.
6. Israfil turun membawa beberapa kalimat dan wahyu sebelum Jibril datang membawa wahyu Al-qur’an. Menurut ‘Amir Asy-Sya’by, Israfil menyampaikan kalimat dan beberapa ketetapan kepada Nabi s.a.w., selama tiga tahun, sesudah itu, barulah Jibril datang membawa wahyu Al-qur’an.
7. Ketika Nabi Muhammad s.a.w., berada di atas langit pada malam Mi’raj, Allah s.w.t., menyampaikan wahyu-Nya kepada beliau tanpa perantara malaikat sebagaimana Allah pernah berfirman secara langsung kepada Nabi s.a.w.
8. Wahyu disampaikan dengan menyerupai suara lebah.
9. Wahyu disampaikan dengan menyerupai suara gemercikan lonceng, yakni Nabi mendengar suara lonceng sangat keras sehingga beliau tidak kuat menahan gemercingannya. Menurut riwayat-riwayat yang shahih, Nabi s.a.w., menerima wahyu yang datang dengan suara keras menyerupai suara lonceng. Dengan sangat berat, ke luar peluh dari dahi Nabi s.a.w., meskipun ketika itu hari sangat dingin. Bahkan unta yang sedang ditunggangi beliau menderum ke tanah. Pernah pula Nabi menerima wahyu dengan cara yang sama, ketika itu karena beratnya, beliau letakkan pahanya di atas paha Zaid bin Tsabit dan Zaid pun merasakan betapa beratnya paha Nabi s.a.w. (Subhi Shahih, 1985: 25).
F. Perbedaan Wahyu, Ilham, Wangsit, dan Mimpi yang Benar
1) Pengertian Wahyu, Ilham, Wangsit, dan Mimpi yang Benar
a. Wahyu
Pengertian wahyu secara bahasa adalah bisikan, isyarat cepat, bisikan ke dalam hati, isyarat yang sangat rahasia. Sedangkan menurut istilah wahyu adalah segala sesuatu yang datangnya dari Allah yang secara langsung dihujamkan kedalam hati seorang hamba pilihan (nabi dan rasul).
b. Ilham
Petunjuk Tuhan yg timbul di hati , pikiran (angan-angan) yg timbul dari hati atau bisikan hati , dan sesuatu yg menggerakkan hati untuk menciptakan atau mengarang sesuatu yang possitive .
c. Wangsit
Wangsit dalam kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan kata kunci. Berdasarkan wangsit yang diterima oleh seseorang dari Tuhan Yang Maha Esa itulah suatu organisasi penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa tumbuh dan berkembang. Wangsit sering pula diistilahkan dengan ilham, petunjuk, sabda, tuntunan atau dhawuh (perintah) juga wisik (bisikan) gaib dari Tuhan Yang Maha Esa.
d. Mimpi yang Benar
Mimpi adalah pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, atau indra lainnya dalam tidur, terutama saat tidur yang disertai gerakan mata yang cepat (rapid eye movement/REM sleep).
Mimpi terbagi menjadi dua bagian :
· Mimpi Baik
Yaitu mimpi yang dirasakan oleh si pemimpi berupa sesuatu yang baik bagi dirinya, bukan berupa kesedihan, atau hal-hal yang dirasakan menyedihkan, membuat gundah dan gelisah
· Mimpi Buruk
yaitu mimpi yang dirasakan tidak baik oleh si pemimpi, biasanya mimpi yang menyebabkan rasa sedih, takut, khawatir berlebihan, gundah dan gelisah.
2). Perbedaan Wahyu, Ilham, Wangsit dan Mimpi yang Benar
1. wahyu datangnya melalui kehadiran malaikat sedangkan ilham melalui penghunjaman langsung oleh allah kepada yang di kehendakinya
2. wahyu diterima oleh manusia pilihan allah yang mengemban tugas kenabian atau kerosulan ,sedang ilham dapat di terima oleh siapapun, baik pada waktu pintu kenabian belum tertutup maupun setelahnya
3 wahyu diturunkan dengan tujuan untuk kemaslahatan seluruh umat manusia atau umat tertentu, sedangkan ilham hanya untuk kemaslahatan yang menerimanya dan tidak di bebani kewajiban untuk manyampaikan pada orang lain
4. wahyu tidak dapat diminta kepada Allah agar di turunkan pada waktu tertentu ,sedangkan ilham menurut sebagian ulama dapat dim inta kepada Allah melalui cara membersihkan diri dan memprbanyak taqorub pada Allah
5. wahyu pintunya telah tertutup, bersamaan tugas kenabian yang di emban nabi Muhammad SAW berakhir, sedangkan ilham pintuinya masih terbuka selama masih ada manusia dan berlaku sepanjang masa
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari materi yang telah kami uraikan di atas, dapat kita pahami bahwasanya Ulumul Qur’an itu mencakup berbagai macam keilmuan. Baik itu Al-Qur’an it sendiri, Al-Hadits, Wahyu, dan ilmu yang lainya yang dapat kita temukan dalam kehidupan kita sehari-hari.
B. Saran
Inilah yang dapat kami paparkan dalam makalah ini, yang tentunya pembahasan tentang Alqur’an, wahyu, dan hadits di sini masih sangat sedikit, serta perlu diperdalam dan diperluas lagi. Dan untuk memperluas serta mendalaminya itu butuh waktu yang lama dan dosen yang benar-benar paham dan mengerti tentang materi ini. Dan membutuhkan referensi yang banyk pula.
DAFTAR PUSAKA
http://kunciakhirat.blogspot.com/
, Tuti Oktaviani. Minggu, 26 Februari 2012
http://cakrawalailmupengetahuan.blogspot.com/
, Nur Yandi. Kamis, 12 Juli 2012
http://majlisilmuqur’an.blogspot.com/
, Anton Sanjaya. 2012
http://pecintamanhajsalaf.wordpress.com/
http://ulumqur’an2010.blogspot.com/
http://ovisariesfoundation.blogspot.com/
http://mukjizatislam.blogspot.com/